Banjir Aceh Tamiang kembali menelan korban berat. Di Desa Sekumur, Kecamatan Tenggulun, air bah bercampur material kayu menghantam permukiman warga hingga nyaris tak ada bangunan yang tersisa. Satu-satunya bangunan yang masih berdiri tegak adalah sebuah masjid di tepi sungai yang kini menjadi saksi bisu dahsyatnya bencana.

Kronologi Banjir Aceh Tamiang di Desa Sekumur
Warga Desa Sekumur menceritakan, hujan deras turun tanpa henti sejak malam hari. Debit sungai naik cepat, namun awalnya masih dianggap aman. Menjelang dini hari, arus air tiba-tiba membawa batang kayu besar dan lumpur pekat. Dalam waktu singkat, banjir Aceh Tamiang menerjang rumah-rumah warga dan menghanyutkan perabotan, kendaraan, hingga ternak.
Sebagian warga yang masih terjaga langsung menyelamatkan diri ke dataran lebih tinggi. Mereka saling membantu menarik lansia dan anak-anak agar tidak terseret arus. Sementara itu, warga lain baru tersadar ketika air sudah masuk ke dalam rumah. Suasana panik tak terhindarkan karena listrik padam dan jalan utama tertutup kayu gelondongan.
Hanya Masjid yang Tersisa di Tengah Reruntuhan
Saat air mulai surut, pemandangan memilukan terlihat di Desa Sekumur. Deretan rumah yang sebelumnya berdiri rapat kini rata dengan tanah. Sisa dinding, tiang patah, dan tumpukan kayu menutupi hampir seluruh permukiman. Di tengah kehancuran itu, hanya masjid desa yang masih berdiri, meski lantainya dipenuhi lumpur dan puing.
Warga menyebut, masjid tersebut menjadi tempat berkumpul dan berlindung. Sejak pagi, mereka menjadikan halaman masjid sebagai titik pengungsian darurat, menjemur pakaian basah dan menyimpan bantuan sembako. Banyak yang meyakini kokohnya masjid di tengah banjir Aceh Tamiang ini memberi mereka kekuatan untuk bangkit.
Kondisi Pengungsi dan Kebutuhan Mendesak
Ratusan warga Desa Sekumur saat ini mengungsi di beberapa lokasi, mulai dari balai desa, sekolah, hingga rumah kerabat yang lebih aman. Sebagian besar hanya membawa pakaian yang melekat di badan. Mereka membutuhkan makanan siap saji, air bersih, selimut, pakaian layak pakai, serta perlengkapan bayi.
Relawan dan aparat setempat sudah menyalurkan bantuan awal, namun persediaan masih terbatas. Akses jalan yang rusak dan tertutup material kayu membuat distribusi logistik tidak mudah. Tenaga medis juga dikerahkan untuk memantau kesehatan pengungsi, terutama anak-anak dan lansia yang rentan terserang penyakit kulit dan infeksi saluran pernapasan.
Respons Pemerintah terhadap Banjir Aceh Tamiang
Pemerintah kabupaten dan provinsi melaporkan bahwa penanganan darurat terus berjalan. Tim gabungan BPBD, TNI, Polri, serta relawan dikerahkan untuk membuka akses jalan, mendata kerusakan, dan mengevakuasi warga yang masih terjebak. Posko utama dibentuk untuk mengoordinasikan bantuan bagi korban banjir Aceh Tamiang, termasuk Desa Sekumur.
Selain itu, pemerintah berjanji melakukan kajian menyeluruh terkait kerusakan hutan di hulu sungai dan tata ruang wilayah. Langkah mitigasi jangka panjang, seperti rehabilitasi daerah aliran sungai dan penataan kembali permukiman di zona rawan, disebut akan menjadi prioritas setelah masa darurat bencana berakhir. Warga berharap komitmen tersebut benar-benar diwujudkan, agar musibah serupa tidak terus berulang di masa depan.
Berita sport Terupdate hanya di https://pafibelawankota.org












Leave a Reply