Israel Bunuh Komandan Hizbullah – dalam sebuah serangan udara yang menghantam wilayah pinggiran Beirut, Lebanon. Serangan itu menewaskan Haytham Ali Tabatabai, salah satu komandan senior yang sudah lama dikenal sebagai figur penting di tubuh Hizbullah. Insiden tersebut terjadi di tengah ketegangan berkepanjangan antara Israel dan kelompok bersenjata yang didukung Iran.
Tabatabai disebut sebagai salah satu tokoh militer yang berperan besar dalam mengatur operasi lapangan Hizbullah. Ia juga dianggap berpengalaman dalam mengoordinasikan pertempuran di berbagai front, terutama di kawasan perbatasan Lebanon–Israel. Karena itu, kematiannya dipandang sebagai pukulan simbolis sekaligus strategis bagi kelompok tersebut.
Hizbullah kemudian merilis pernyataan resmi yang memuji Tabatabai sebagai komandan yang “hebat” dan “penting” dalam struktur militer mereka. Kelompok itu menegaskan bahwa sang komandan gugur saat menjalankan tugas melawan Israel, dan menyebut hidupnya diwarnai oleh perlawanan terhadap musuh. Narasi tersebut disebarkan untuk menguatkan dukungan internal di kalangan pendukung Hizbullah.

Ancaman Garda Revolusi Iran Setelah Serangan
Garda Revolusi Iran (IRGC) bereaksi keras setelah Israel Bunuh Komandan Hizbullah itu. Dalam pernyataan yang disiarkan media pemerintah Iran, IRGC menyebut serangan tersebut sebagai “kejahatan biadab” dan menuduh Israel melanggar hukum internasional. Mereka menegaskan, tindakan itu tidak akan dibiarkan tanpa konsekuensi.
IRGC, yang selama ini dikenal sebagai sekutu dekat Hizbullah, berjanji akan memberikan “respons yang menghancurkan” terhadap Tel Aviv. Namun, mereka tidak merinci bentuk balasan ataupun waktu pelaksanaannya. Meski begitu, ancaman tersebut langsung memanaskan suasana di Timur Tengah, yang sebelumnya sudah rapuh akibat rangkaian konflik beruntun.
Israel Bunuh Komandan Hizbullah dan Dampak Regional
Serangan yang menewaskan Tabatabai bukanlah aksi tunggal. Israel telah berulang kali meluncurkan serangan ke Lebanon sejak gencatan senjata terakhir, dengan alasan menargetkan fasilitas militer dan infrastruktur Hizbullah. Di sisi lain, kelompok itu juga mengalami pelemahan serius setelah konfrontasi terbaru, sehingga keseimbangan kekuatan di lapangan ikut bergeser.
Iran, sebagai pendukung utama Hizbullah dan sekutu rezim Bashar al-Assad di Suriah, ikut merasakan dampak kumulatif dari konfrontasi ini. Sejumlah laporan menyebut fasilitas yang dikaitkan dengan program pertahanan Iran juga pernah menjadi sasaran serangan Israel dan sekutunya. Kondisi tersebut menambah tekanan terhadap Teheran di tengah sanksi internasional yang masih berlaku.
Selain itu, eskalasi ini menimbulkan kekhawatiran baru di kalangan masyarakat internasional mengenai potensi perang yang lebih luas di kawasan. Jika ancaman balasan dari IRGC benar-benar direalisasikan, bukan tidak mungkin konflik akan melebar dan menyeret lebih banyak pihak. Untuk sementara, dunia hanya bisa menunggu langkah berikutnya dari Israel, Hizbullah, dan Iran, sambil berharap jalur diplomasi masih terbuka.
Baca juga – Barantin Bongkar Jurus Jaga Biodiversity Sambil Cuan












Leave a Reply